Aksi Driver Ojol di Cirebon: Menuntut Keadilan dan Kesejahteraan yang Terabaikan
Aksi protes yang terjadi di Cirebon kemarin, yang melibatkan ratusan driver ojek online (ojol), menarik perhatian banyak pihak. Berita mengenai aksi ini telah banyak diliput oleh berbagai media, baik portal berita online maupun media elektronik. Namun, sayangnya banyak pemberitaan yang hanya menyoroti tagline "Driver Ojol Menuntut Kesejahteraan" tanpa menggali lebih dalam tentang penyebab demo tersebut. Hal ini membuat banyak netizen memberikan komentar bijak yang terkesan menghakimi, seperti "Ngapain demo-demo, mending cari pekerjaan lain," atau "Mending resign dari ojol."
![]() |
Sumber : Fanpage Keluh Kesah Driver Greb |
Berita ini kami angkat berdasarkan sebuah postingan yang dibagikan di fanpage Keluh Kesah Driver G r e b, yang menjelaskan secara rinci mengenai latar belakang dari aksi protes ini. Di sana, para driver mengungkapkan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan aplikasi yang dinilai semakin memberatkan mereka.
Kronologi Awal Protes
Protes ini muncul karena Grab dianggap mengingkari tarif dan potongan komisi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu kebijakan yang menjadi pemicu protes adalah peluncuran fitur double order food. Fitur ini awalnya bertujuan untuk membantu mengurangi penumpukan orderan di restoran yang ramai, dengan memungkinkan seorang driver membawa dua pesanan sekaligus dari restoran yang sama.
Namun, seiring waktu, fitur ini justru lebih menguntungkan pihak aplikator daripada para driver. Sebelumnya, driver yang menerima double order food akan mendapatkan dua tarif penuh. Sebagai contoh, jika tarif dasar untuk satu pesanan adalah Rp 8.000, maka untuk dua pesanan dari restoran yang sama, driver akan mendapatkan Rp 16.000. Namun, Grab kemudian mengubah kebijakan ini dengan menghitung tarif berdasarkan jarak antar titik, yang mengurangi penghasilan driver.
Double Order yang Merugikan Driver
Grab mengakali sistem pembayaran untuk doble order food dengan menurunkan tarif dasar. Jika sebelumnya driver mendapatkan bayaran penuh, sekarang mereka hanya menerima biaya berdasarkan jarak antar titik pengantaran. Sebagai contoh, jika jarak antar titik hanya 1 km, driver hanya mendapatkan tambahan Rp 2.000. Dengan sistem ini, driver hanya menerima Rp 10.000 untuk dua pesanan yang seharusnya dihargai lebih tinggi.
Selain itu, kebijakan double order kini diterapkan untuk restoran yang berbeda, yang semakin merugikan driver karena mereka harus mengantarkan dua pesanan dari tempat yang terpisah. Ini tentu saja menambah waktu pengantaran dan menurunkan kualitas pelayanan yang diterima konsumen.
Program Slot Food yang Menambah Beban
Selain double order food, Grab juga meluncurkan program baru bernama slot food, yang menjamin driver akan mendapatkan pesanan secara terus-menerus di wilayah tertentu pada jam-jam tertentu. Meskipun program ini terlihat menjanjikan, kenyataannya tarif yang diterima driver jauh lebih rendah dibandingkan dengan tarif pesanan reguler.
Driver mengeluhkan bahwa mereka sering kali menerima pesanan dari program slot food meskipun konsumen memesan makanan reguler. Hal ini menyebabkan pengantaran menjadi lebih lama dan kualitas makanan menurun. Meskipun konsumen membayar harga penuh, driver justru menerima bayaran yang lebih rendah.
Puncak Kemarahan: Grabbike Hemat
Aksi protes yang terjadi kemarin mencapai puncaknya setelah Grab meluncurkan program Grabbike Hemat. Program ini memungkinkan penumpang untuk membayar tarif yang lebih rendah, namun merugikan driver. Tarif dasar untuk Grabbike Hemat hanya berkisar antara Rp 8.500 hingga Rp 9.500, namun driver hanya menerima Rp 8.075 setelah dipotong komisi.
Mulai April 2025, program Grabbike Hemat hanya bisa diakses oleh driver yang mendaftar terlebih dahulu melalui formulir, yang semakin membuat driver merasa terpinggirkan. Program ini juga memberlakukan pemotongan lebih lanjut pada setiap orderan yang diterima, yang semakin mengurangi penghasilan mereka.
Mengapa Driver Gojek Ikut Turun ke Jalan?
Tak hanya driver Grab, para driver Gojek juga turut serta dalam aksi protes kemarin. Hal ini karena Gojek sering kali mengikuti kebijakan yang diterapkan oleh Grab. Program slot food dan double order food yang awalnya hanya diterapkan oleh Grab kini diikuti oleh Gojek. Aksi ini menjadi bentuk solidaritas antar sesama driver ojol yang merasa semakin terbebani oleh kebijakan yang merugikan mereka.
Keluh Kesah Driver: Tuntutan yang Mewakili Rasa Keadilan
Aksi protes yang berlangsung di Cirebon kemarin ini kembali menarik perhatian, dan salah satu momen yang mencolok adalah saat para driver mengangkat spanduk bertuliskan "MENOLAK KERAS GRAB BIKE HEMAT BERBAYAR". Foto aksi ini diambil dari fanpage Keluh Kesah Driver G r e b, yang menjadi wadah bagi banyak driver untuk berbagi keluhan dan masalah yang mereka hadapi. Melalui postingan tersebut, driver mengungkapkan rasa frustrasi dan ketidakadilan yang mereka rasakan akibat kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Grab.
Kesimpulan: Aksi Protes yang Mewakili Rasa Keadilan
Aksi yang terjadi di Cirebon ini bukan sekadar tuntutan kesejahteraan semata, tetapi juga sebuah peringatan bagi para aplikator bahwa para driver membutuhkan keadilan. Selama ini, kebijakan yang diterapkan oleh Grab dan Gojek lebih menguntungkan pihak aplikator, sementara penghasilan driver semakin berkurang. Protes ini adalah akumulasi dari kebijakan-kebijakan yang tidak memihak kepada driver dan akhirnya memicu aksi besar-besaran seperti yang terjadi kemarin.
Para driver ojol, baik Grab maupun Gojek, ingin agar suara mereka didengar dan agar kebijakan yang lebih adil dan berpihak pada kesejahteraan mereka segera diterapkan. Salam perjuangan, semoga kebijakan yang lebih baik segera hadir!